Jumat, 28 Februari 2014

Cerpen

Cerpen : Perasaan Hati
Hati memang yang selalu merasakan. Tanpa ada fikiran yang buruk muncul, hanya bisa berharap kalau mampu berubah. Bicaramu mungkin tidak pernah kau ketahui sendiri bagaimana hati orang lain. Perasaan yang terus membuat dada ini sesak seakan peuh dengan segala isi dan ingin sekali untuk dimuntahkan. Mungkin dirinya merasa hal itu biasa-biasa saja, akan tetapi perasaan orang lain yang tak kau ketahui. Tidak pernah merasa bersalah. Sampai bertanya pada dirinya sendiri, “apa salah Aku?”. Memang benar kata pepatah Tong Kosong Bunyinya Nyaring, suka banyak omong dan tidak ada gunanya.
Pada pagi yang cukup cerah. Pertanyaan muncul dari seseorang di sebuah tempat. “Apa tidak punya tempat? Setiap hari kesini hanya untuk numpang?”. Dua kali, hanya dua kali saja. Akan tetapi makna yang ditangkap sudah berkali-kali. Seluruh syarat sudah dipenuhi. Tak tahu kurang apa?. Mungkin sifat pelitnya muncul. Kata hati ini yang ingin membantu teman sedikit terhalang dengan rasa tidak enak dengan teman yang lain. Hati yang merasa kurang enak, karena merasa tidak boleh untuk membantu teman yang kesusahan. Hati merasa terusik, karena timbul larangan dan ocehan dari si pemilik. Mungkin dia mengadu, atau hanya sedikit bicara tentang temannya. Datang pemiliknya dan memberi ocehan kesana kemari. Tak apalah, tapi ingat saja “Karma“ itu pasti ada. Tidak tahu kapan datangnya.
Dan akhirnya hari itu datang. Tidak ada aliran air yang mengalir dalam dirinya. Mungkin ini akibat sifat pelitnya yang telah dibuat dirinya dahulu. Tak ada teman yang membantu bahkan mau menolong. Hatinya merasa sedih tak tahu mau lari kemana. Kata yang paling tepat untuk dirinya mungkin “lihatlah dirimu, lihatlah sikapmu, lihatlah ucapanmu”.    

Dengan hatilah yang bisa merasakan akan pahit dan manisnya kehidupan. Hati merasakan segala hal akan kehidupan dalam diri manusia. Kata yang paling tepat adalah jatuh cinta. Rasa itu mungkin selalu muncul dalam hati sanubari setiap manusia yang normal. Tanpa terkecuali. Rasa itu muncul tiba-tiba dan kadang menghilang karena terpisah oleh jarak dan waktu. “Apa alasannya?”. Mungkin karena jarang bertemu. Atau ada alasan yang lain. Tak taulah itu apa? 

Rabu, 26 Februari 2014

8 Februari 2014

Sabtu, 8 februari menjadi hari pertama untuk manambah ilmu, pengalaman, dan kawan. Tempat, suasana dan daerah yang baru dimana belum sama sekali diketahui. Pesan pertama yang didapat adalah dua kata yaitu bingung dan lelah. Bingung daerah mana, bingung tempatnya seperti apa, bingung juga jalan menuju ke rumah yang begitu terpencil. Beruntung sekali, rasa bingung itu sedikit terbantu dengan salah satu rekan yang mau membantu menunjukkan jalan menuju kesana. Sampailah ke tempat tujuan hingga berada di sebuah rumah sederhana yang berisi tumpukan-tumpukan banyak buku. Mas Bandung adalah pemilik rumah tersebut. Banyak kawan yang menimba ilmu disana bahkan dari kota-kota yang jauh sekali. Inilah yang dikatakan proses menimba ilmu yang tidak kenal batas baik waktu, usia, bahkan tempat sekalipun. Ini berarti bahwa ilmu dan pengetahuan bisa dimiliki bahkan dikembangkan oleh siapapun. Walaupun pertemuan yang singkat itu menjadi hal yang baru dan pertama. Rasa lelah yang kemudian menghampiri. Akan tetapi terhapus dengan rasa senang dan syukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah SWT. Semoga ini menjadi awal sebuah keberhasilan di masa mendatang. Amiinn...