Cerpen : Perasaan
Hati
Hati
memang yang selalu merasakan. Tanpa ada fikiran yang buruk muncul, hanya bisa
berharap kalau mampu berubah. Bicaramu mungkin tidak pernah kau ketahui sendiri
bagaimana hati orang lain. Perasaan yang terus membuat dada ini sesak seakan
peuh dengan segala isi dan ingin sekali untuk dimuntahkan. Mungkin dirinya merasa
hal itu biasa-biasa saja, akan tetapi perasaan orang lain yang tak kau ketahui.
Tidak pernah merasa bersalah. Sampai bertanya pada dirinya sendiri, “apa salah Aku?”.
Memang benar kata pepatah Tong Kosong Bunyinya Nyaring, suka banyak omong dan
tidak ada gunanya.
Pada
pagi yang cukup cerah. Pertanyaan muncul dari seseorang di sebuah tempat. “Apa
tidak punya tempat? Setiap hari kesini hanya untuk numpang?”. Dua kali, hanya
dua kali saja. Akan tetapi makna yang ditangkap sudah berkali-kali. Seluruh syarat
sudah dipenuhi. Tak tahu kurang apa?. Mungkin sifat pelitnya muncul. Kata hati
ini yang ingin membantu teman sedikit terhalang dengan rasa tidak enak dengan
teman yang lain. Hati yang merasa kurang enak, karena merasa tidak boleh untuk
membantu teman yang kesusahan. Hati merasa terusik, karena timbul larangan dan
ocehan dari si pemilik. Mungkin dia mengadu, atau hanya sedikit bicara tentang
temannya. Datang pemiliknya dan memberi ocehan kesana kemari. Tak apalah, tapi
ingat saja “Karma“ itu pasti ada. Tidak tahu kapan datangnya.
Dan
akhirnya hari itu datang. Tidak ada aliran air yang mengalir dalam dirinya. Mungkin
ini akibat sifat pelitnya yang telah dibuat dirinya dahulu. Tak ada teman yang
membantu bahkan mau menolong. Hatinya merasa sedih tak tahu mau lari kemana. Kata
yang paling tepat untuk dirinya mungkin “lihatlah dirimu, lihatlah sikapmu,
lihatlah ucapanmu”.
Dengan
hatilah yang bisa merasakan akan pahit dan manisnya kehidupan. Hati merasakan
segala hal akan kehidupan dalam diri manusia. Kata yang paling tepat adalah jatuh
cinta. Rasa itu mungkin selalu muncul dalam hati sanubari setiap manusia yang
normal. Tanpa terkecuali. Rasa itu muncul tiba-tiba dan kadang menghilang
karena terpisah oleh jarak dan waktu. “Apa alasannya?”.
Mungkin karena jarang bertemu. Atau ada alasan yang lain. Tak taulah itu apa?