Kamis, 04 Januari 2024

Projek Mapel Bahasa Indonesia

 Pembelajaran Projek "Pementasan Drama Kelas XI MIPA 4 SMAN 2 KUDUS".


Membersamai mereka dalam berproses, mengolah rasa, mengembangkan kemampuan, dan saling menjaga kekompakan agar menghasilkan sebuah pertunjukkan yang memukau penonton.


Dan hasilnya... sungguh luar biasa. Mereka mampu mendesain, menyetting panggung sedemikan kreatifnya. 👍👍



Minggu, 02 Maret 2014

Psikolinguistik

Nama                           : Ahfi Hikmawati
NIM                            : A310120002
SMT/Kelas                  : 4D
Tugas 1.
Pertanyaan :
1.      Mengutip batasan psikolinguistik yang ada di dalam buku bahasa Inggris.
2.      Memberi komentar dari kutipan tersebut.
3.      Mengirim ke blog.
Jawaban :

1.      Sumber : Herbert Schendl. 2001. Historical Linguistics. New York: Oxford University Press.
Psycholinguistics is explanation of change focus on the cognitive processes in the cognitive  processes in the brain of the speaker and are particularly related to the different versions of generative theories, of language as first developed by Noam Chomsky. Psikolinguistik adalah penjelasan dari perubahan fokus pada proses kognitif yang ada dalam proses kognitif di otak pembicara dan khususnya yang berkaitan dengan berbagai versi teori generatif, bahasa sebagai pertama kali yang dikembangkan oleh Noam Chomsky.

Sumber : Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-aspek Psikolinguistik. Yogyakarta: Nusa Indah.Hartley (dalam Pateda 1990:11) mengatakan “Psycholinguistik investigates the interrelation of language and mind in processing and producing utterances and in language acquisition.” Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan menghasilkan ujaran-ujaran dan dalam akuisisi bahasa.

2. Komentar :
Dari pengertian keduanya di atas, menurut pemahaman saya mengenai psikolinguistik adalah terdapat hubungan antara otak/pikiran dalam proses berbahasa dalam hal ini mengenai perilaku berbahasa dengan struktur bahasa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah sebuah ilmu yang mempelajari sebuah bahasa yang berdasarkan kondisi psikologis manusia.


Jumat, 28 Februari 2014

Cerpen

Cerpen : Perasaan Hati
Hati memang yang selalu merasakan. Tanpa ada fikiran yang buruk muncul, hanya bisa berharap kalau mampu berubah. Bicaramu mungkin tidak pernah kau ketahui sendiri bagaimana hati orang lain. Perasaan yang terus membuat dada ini sesak seakan peuh dengan segala isi dan ingin sekali untuk dimuntahkan. Mungkin dirinya merasa hal itu biasa-biasa saja, akan tetapi perasaan orang lain yang tak kau ketahui. Tidak pernah merasa bersalah. Sampai bertanya pada dirinya sendiri, “apa salah Aku?”. Memang benar kata pepatah Tong Kosong Bunyinya Nyaring, suka banyak omong dan tidak ada gunanya.
Pada pagi yang cukup cerah. Pertanyaan muncul dari seseorang di sebuah tempat. “Apa tidak punya tempat? Setiap hari kesini hanya untuk numpang?”. Dua kali, hanya dua kali saja. Akan tetapi makna yang ditangkap sudah berkali-kali. Seluruh syarat sudah dipenuhi. Tak tahu kurang apa?. Mungkin sifat pelitnya muncul. Kata hati ini yang ingin membantu teman sedikit terhalang dengan rasa tidak enak dengan teman yang lain. Hati yang merasa kurang enak, karena merasa tidak boleh untuk membantu teman yang kesusahan. Hati merasa terusik, karena timbul larangan dan ocehan dari si pemilik. Mungkin dia mengadu, atau hanya sedikit bicara tentang temannya. Datang pemiliknya dan memberi ocehan kesana kemari. Tak apalah, tapi ingat saja “Karma“ itu pasti ada. Tidak tahu kapan datangnya.
Dan akhirnya hari itu datang. Tidak ada aliran air yang mengalir dalam dirinya. Mungkin ini akibat sifat pelitnya yang telah dibuat dirinya dahulu. Tak ada teman yang membantu bahkan mau menolong. Hatinya merasa sedih tak tahu mau lari kemana. Kata yang paling tepat untuk dirinya mungkin “lihatlah dirimu, lihatlah sikapmu, lihatlah ucapanmu”.    

Dengan hatilah yang bisa merasakan akan pahit dan manisnya kehidupan. Hati merasakan segala hal akan kehidupan dalam diri manusia. Kata yang paling tepat adalah jatuh cinta. Rasa itu mungkin selalu muncul dalam hati sanubari setiap manusia yang normal. Tanpa terkecuali. Rasa itu muncul tiba-tiba dan kadang menghilang karena terpisah oleh jarak dan waktu. “Apa alasannya?”. Mungkin karena jarang bertemu. Atau ada alasan yang lain. Tak taulah itu apa? 

Rabu, 26 Februari 2014

8 Februari 2014

Sabtu, 8 februari menjadi hari pertama untuk manambah ilmu, pengalaman, dan kawan. Tempat, suasana dan daerah yang baru dimana belum sama sekali diketahui. Pesan pertama yang didapat adalah dua kata yaitu bingung dan lelah. Bingung daerah mana, bingung tempatnya seperti apa, bingung juga jalan menuju ke rumah yang begitu terpencil. Beruntung sekali, rasa bingung itu sedikit terbantu dengan salah satu rekan yang mau membantu menunjukkan jalan menuju kesana. Sampailah ke tempat tujuan hingga berada di sebuah rumah sederhana yang berisi tumpukan-tumpukan banyak buku. Mas Bandung adalah pemilik rumah tersebut. Banyak kawan yang menimba ilmu disana bahkan dari kota-kota yang jauh sekali. Inilah yang dikatakan proses menimba ilmu yang tidak kenal batas baik waktu, usia, bahkan tempat sekalipun. Ini berarti bahwa ilmu dan pengetahuan bisa dimiliki bahkan dikembangkan oleh siapapun. Walaupun pertemuan yang singkat itu menjadi hal yang baru dan pertama. Rasa lelah yang kemudian menghampiri. Akan tetapi terhapus dengan rasa senang dan syukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah SWT. Semoga ini menjadi awal sebuah keberhasilan di masa mendatang. Amiinn...  

Rabu, 26 Juni 2013

TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP
MERESENSI BUKU

Dosen Pengampu : M. Fakhrur Saifudin

  
Peresensi :
Nama         : Ahfi Hikmawati
NIM        : A310120002
Kelas/SMT     : 2A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012/ 2013


RESENSI BUKU
1.  Latar belakang Buku
a. Identitas buku 1 yakni Judul buku : “Berjuta Rasanya”, Penulis : Tere Liye, Editor : Andriyati, Cover : Mano Wolfie, Lay Out : Alfian, Penerbit : Mahaka Publishing, Tahun terbit : 2012, Kota terbit : Jakarta,
Sinopsis : Novel dengan judul “Berjuta Rasanya” ini semacam antologi cerpen yang berisi 15 cerita pendek. Dari seluruh 15 cerpen tersebut, semuanya membahas tentang sejuta rasa akan arti kata cinta. 
Novel ini dibuka dengan cerita yang berjudul “Bila Semua Wanita Cantik” yang mengisahkan seorang gadis yang bernama Vin yang berfikir bahwa fisiknya yang membuat dia sampai umur 30 belum juga mendapatkan jodoh. Sikap Vin yang selalu berfikiran kalau hanya fisik dia yang kurang membuatnya tidak laku-laku. Selalu berfikiran negatif terhadap apa yang telah Allah berikan. Dalam cerita itu sungguh nyata, tapi kecantikan hatilah yang akan membuat cinta itu hadir dan bertahan semakin kuat. Dalam kisah ini saya suka sekali kata-kata yang ditulis oleh Tere Liye yaitu kata “ Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang mencintaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk”. Jadi amanat yang dapat kita ambil adalah kecantikan hatilah yang akan membuat orang itu akan menjadi baik atau buruk.
Cerita selanjutnya berjudul “Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku”. Cerita ini berkisah tentang seorang cewek yang bernama Putri yang sering merasa GR setiap kali bertemu dengan pemuda yang sangat disukainya. Nama pemuda tersebut adalah Rio. Setiap kali bertemu, Putri selalu menatap, melambaikan tangannya, atau tersenyum kepada Rio. Sikap ramah Rio terhadap semua temannya membuat Putri beranggapan bahwa Rio suka dirinya. Padahal dia hanya ditipu oleh ilusi hati yang ia ciptakan sendiri. Dan kenyataannya cinta Putri bertepuk sebelah tangan. Ternyata Rio sebenarnya jatuh cinta sama teman baik Putri sendiri yang bernama Sari. Melihat hal tersebut Putri semakin faham dengan apa yang selalu dia pikirkan adalah sebuah halusinasi semata dari perasaannya saja. Jadi, amanat yang dapat diambil dalam cerita tersebut adalah bersikaplah kita yang relevan dan logis, jangan selalu bersikap seolah-olah kita mampu sendiri untuk menebak semua yang akan terjadi karena, semua sudah digariskan oleh Allah. Bolehlah kita bersikap percaya diri untuk sesuatu hal yang positif akan tetapi, jangan berfikir yang terlalu berlebihan karena itu akan membuat kita GR (yang paling benar dan paling baik). 
Membaca novel ini seperti kita mengalami sendiri semua kejadian yang diceritakan dalam novel ini karena, tema dari setiap judul yang diangkat menceritakan seluruh kisah-kisah yang dialami oleh anak muda. Jadi, dari sudut pandang pembaca sangat mudah memahami novel karya Tere Liye ini.  
Identitas buku 2 yakni Judul buku : “Sepotong Hari yang Baru”, Penulis : Tere Liye, Editor : Andriyati, Cover : Mano Wolfie, Lay Out : Alfian, Penerbit : Mahaka Publishing, Tahun terbit : 2012, Kota terbit : Jakarta,
Sinopsis : Novel dengan judul “Sepotong Hati yang Baru” ini semacam antologi cerpen yang berisi 8 cerita pendek. Dari keseluruhan cerpen tersebut masih membahas akan cinta dari mulai kesetiaan cinta, rasa patah hati dan lain-lain. Novel ini dibuka dengan cerita yang berjudul “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” yang mengisahkan dua orang remaja perempuan yang bernama Putri dan Nana. Mereka berdua memiliki teman laki-laki yang sama namanya Rio. Putri dan Nana adalah sahabat dari sejak SMA. Hanya masalah temannya Rio menjadi mereka agak sedikit memiliki masalah komunikasi dan selalu salah paham. Putri memiliki perasaan suka dengan Rio. Putri selalu berpikiran kalau Rio menyukai dirinya. Itu dapat dilihat dengan semua status yang dibuat Putri, yang kesemuanya di “Like” oleh Rio. Putri menganggap kalau Rio itu selalu mengikuti dirinya, dan dengan demikian Putri menganggap kalau Rio menyukai dirinya. Padahal menyukai sebuah status di FB adalah hal yang biasa. Akan tetapi berbeda dengan Putri yang memiliki halusinasi tinggi di hatinya. Nana, teman dari Putri memiliki anggapan yang sama. Keduanya memiliki tingkat tinggi dalam hal GR. Kejadian Nana berbeda dengan Putri, kalau Putri itu GR karena statusnya selalu di “Like” Rio. Jika Nana GR dalam hal karena Rio mengajaknya main kerumah orang tuanya. Dalam pemikiran Nana adalah Rio akan mengenalkan dirinya terhadap orang tuanya. Halusinasi hati Nana adalah Rio akan menjalani hubungan serius dengan dirinya dan langkah yang dilakukan adalah dengan mengenalkannya dengan Orang Tua Rio. Padahal dalam kenyataannya Rio ingin mengenalkan Nana kepada orang tuanya karena alasan bisnis yang dijalani oleh Nana yaitu membuat kue. Bisnis itu sama juga yang dijalani oleh Ibu Rio. Oleh karena itu, Ibu Rio ingin sekali berkenalan dengan Nana karena alasan ingin menjalani bisnis bersama. Kedua sahabat itu memiliki nasib yang sama. Semua hanya sebatas halusinasi hatinya, sikap GR yang mereka itu anggap semua nyata. 
Cerita selanjutnya berjudul “Kisah Sie-Sie”. Kisah ini menceritakan tentang remaja muda yang bernama Sie-Sie. Dia lahir anak pertama dari enam bersaudara. Sie menjadi anak yang paling tua. Ini menjadikan Sie selalu menjadi tulang punggung keluarganya. Semua pekerjaan rumah diselesaikannya. Sie adalah gadis yang pintar, rajin dan tidak pernah mengeluh. Jika Sie lahir dalam keluarga yang berada, pastilah lemari di rumahnya banyak pajangan piala-piala. Akan tetapi sie lahir dalam keluarga yang serba pas-pasan, Bapaknya hanya bekerja di sebuah pabrik sementara ibunya hanya sebagai ibu Rumah Tangga. Suatu hari Ibu Sie jatuh sakit yang mengharuskan untuk dirawat di Rumah Sakit. Sementara karena terbelit ekonomi yang mendesak membuat Bapak Sie nekat berbuat yang haram, yakni mencuri brankas uang. Itu membuat Bapak Sie masuk ke penjara. Situasi menjadi amat sulit buat Sie yang saat itu menjadi tulang punggung keluarga. Sie nekat untuk menikah dengan pemuda dari Taiwan yang memang mencari istri, karena sudah lama orang tuanya ingin sekali anaknya menikah, dengan menikah semua harta waris akan diberikannya. Dengan saat itu Wong Lan pemuda dari Taiwan yang menikahi Sie-Sie. Perasaan Sie yang saat itu benar-benar dalam kondisi yang terdesak harus berbuat sesuatu untuk pengobatan Ibunya. Akhirnya pernikahan berlangsung. Pengobatan sudah berjalan, bukan kebahagiaan yang didapat tetapi, tetapi perasaan sakit yang selalu menghantui kehidupan Sie. Bagaimana tidak? Seluruh kehidupan Sie hanya dijalani dengan sebuah penderitaan yang tidak ada akhirnya. Bayangkan saja peristiwa-peristiwa pahit hidup Sie selalu berdatangan, diantaranya sikap suami terhadapnya yang selalu kasar dan selalu menganiaya, Ibunya yang tidak lama lagi meninggal dunia, Bapaknya yang harus menjalani kehidupan di penjara, uang yang harus selalu dikirim ke kampung halamannya buat adik-adik untuk kehidupan kedepannya, sementara itu dia juga harus merawat anak-anaknya yang sudah lahir, dan sikap suami yang selalu menghambur-hamburkan uang. Semua itu Sie jalani dengan sabar dan ikhlas. Sie juga sudah berjanji kalau akan selalu menemani suaminya selama-lamanya baik dalam keadaan suka dan duka. Suami yang baru saja dikenalnya. Sampai suatu hari harta milik Wong Lan suami dari Sie ludes habis semua karena Wong Lan selalu menghambur-hamburkan. Sampai-sampai Wong Lan gila, stress dan menghilang sampai tidak diketahui oleh Sie. Sikap Sie yang selalu setia, membuat Sie mencari Wong Lan sampai ketemu. Dan akhirnya, Wong Lan mampu ditemukan oleh Sie dalam kondisi yang sakit parah, karena tidak makan dan lain sebagainya. Kesetiannya Sie baru disadari oleh Wong Lan. Wong Lan menyesal dan menangis. Akhirnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang baru dan Sie bisa pulang ke kota Singkawang (kota kelahirannya). Salah satu anak Sie juga berjodoh dengan amoi Singkawang saat kunjungan beberapa tahun lalu. 
Amanat yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah kita sebagai makhluk yang memiliki Tuhan yaitu Allah SWT sebagai sang pencipta dan yang Maha Kuasa untuk selalu bersikap syukur terhadap apa yang Allah berikan baik dalam hal cobaan pahit atau cobaan manis. Karena dibalik itu semua Allah sudah merencanakan sesuatu yang indah untuk makhluknya. Maka dari itu bersabar dan ikhlas adalah kunci kebahagiaan.      
b. Deskripsi buku :





















Deskripsi buku novel yang saya resensi seperti gambar di atas. Untuk jumlah halaman novel “Berjuta Rasanya“ adalah 204 halaman. Untuk jumlah halaman novel “Sepotong Hati yang Baru” adalah 206 halaman. Dengan warna cover untuk tiap halaman adalah cokelat cerah, membuat pembaca tidak jenuh dan capek dalam membaca.  
c. Latar belakang pengarang : Nama Pengarangnya adalah Tere liye. Beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani anak keenam dari tujuh bersaudara. Ayahnya benama Abdullah Pasai. Istrinya bernama Riski Amelia. Riwayat pendidikannya yaitu SDN 2 Kikim Timur Sumsel, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9 Bandar Lampung, Fakultas Ekonomo UI. Beliau telah menerbitkan 15 novel.
Diantara karyanya : 
Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
Pukat (Penerbit Republika, 2010)
Burlian (Penerbit Republika, 2009)
Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007) 
The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
Bidadari-Bidadari Surga  (Republika, 2008)
Sang Penandai (Serambi, 2007)
Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009)
Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
ELIANA ,serial anak-anak mamak
Berjuta Rasanya (Republika, 2012)
Sepotong hati yang baru (Republika, 2012)
Selain menjadi penulis, beliau juga bekerja sebagai akuntan. Karya-karya Tere Liye adalah novel-novel keluarga. Novel karyanya selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Kata-katanya pun mudah diserap. Inspirasi novel miliknya adalah kehidupan di lingkungan sekitar.

2. Jenis Buku
Berdasarkan objek : Resensi Buku novel. Bedasarkan Isi : Informatif dan evaluatif. Berdasarkan kategori : termasuk dalam jenis romantis sentimentil.
3. Penilaian.
Saya sebagai peresensi akan membanding dua novel karya Tere Liye yang berjudul “Berjuta Rasanya” dan “Sepotong Hati yang Baru”. Kedua novel ini yang akan saya bandingkan adalah novel “Berjuta Rasanya” halaman 27 judulnya “Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku” dengan novel “Sepotong Hati yang Baru” halaman 1 judulnya “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan”. Kedua judul dari novel yang berbeda ini memiliki kesamaan. Kesamaannya diantaranya adalah 
  1. Tema dari keduanya sama-sama membahas akan cerita cinta untuk anak muda, menonjolkan sikap GR dalam hal kisah cinta.
  2. Tokoh dari kedua novel inipun sama. Tokoh remaja muda yang bernama Putri, yang selalu bersikap GR terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya terutama dalam hal percintaan.
  3. Penokohannya, termasuk dalam campuran sebab, ada yang menggunakan dramatik dan analitik.
  4. Alur dari kedua cerita tersebut juga sama. Menggunakan alur maju.
Perbedaannya diantaranya adalah
                       1.         Setting dari kedua cerita tersebut berbeda.
Untuk yang “Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku” setting tempatnya di kost’an, di kedai yang bernama “Bubu”. Setting waktunya pagi, siang/sore dan malam. Setting suasananya senang dan sedih.
Untuk yang “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” setting tempatnya di kost’an, di warung makan, di kampus, di rumah. Setting waktunya pagi, siang/sore dan malam. Setting suasananya senang dan sedih.
Dari sudut pandang setting untuk keduanya yang berbeda adalah setting tempat dan setting suasana.
                       2.       Ending cerita dari keduanya juga berbeda. Jika cerita Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku” endingnya adalah tokoh Rio yang selama itu menjadi idola dari Putri ternyata menyukai sahabat Putri sendiri yang bernama Sari.
Jika ending dari cerita “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” adalah tokoh Rio yang dekat dengan banyak temannya terutama Putri dan Nana. Rio yang hanya menganggap Putri sebagai teman biasa, dan Nana yang diajaknya main ke rumah Rio hanya sebatas untuk bisnis kue dengan Ibunya. 
Kelebihan : 
  1. Desain buku yang menarik dan harga yang terjangkau. 
  2. Kertas pada buku itu berwarna cokelat cerah, membuat pembaca tidak jenuh. 
  3. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami oleh pembaca. 
  4. Cerita yang diangkat adalah kisah kehidupan sehari-hari dikalangan anak anak remaja.
Kelemahan :
Dari sudut pembaca alur cerita novel itu mudah ditebak, karena ceritanya sesuai dengan kehidupan kalangan pemuda.  

Jumat, 26 April 2013

Tokoh Inspirasi (Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori)


BIOGRAFI USTAD JEFRY, MANTAN PECANDU YANG TOBAT DAN KINI MENJADI USTAD YANG TERKENAL


Ustadz ganteng ini laris diminta berdakwah. Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergulatan yang luar biasa ia alami sampai ia menemukan kehidupan yang tenang dan menenteramkan. Simak kisahnya yang sangat memikat mulai nomor ini.
Sebetulnya aku tidak ingin bercerita banyak tentang masa laluku. Maklum, masa laluku sangat kelam. Namun, setelah kupikir, siapa tahu perjalanan hidupku ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Baiklah, aku bersedia membagi pengalaman hidupku pada para pembaca. Insya Allah, ada gunanya.
Aku lahir dengan nama Jeffry Al Buchori Modal pada 12 April 1973 di Jakarta. Waktu aku lahir, keluargaku memang sudah menetap di Jakarta. Aku lahir sebagai anak tengah, maksudku anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandungku laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan. Layaknya bersaudara, hubungan kami berlima cukup dekat. Sekadar bertengkar, sih, wajar saja. Apalagi, jarak usia kami tidak berjauhan.
Apih (panggilan Jefri untuk ayahnya, Red.), M. Ismail Modal, adalah pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan Umi, begitu aku biasa memanggil ibu, Tatu Mulyana asli Banten. Apih mendidik kami berlima dengan sangat keras. Tapi, kalau tidak begitu, aku tidak akan merasakan manfaat seperti sekarang. Kalau kami sampai lupa salat atau mengaji, wah, jangan ditanya hukuman yang akan diberikan Apih. Dalam hal agama, Apih dan Umi memang mendidik kami secara ketat.
Namun, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu bersikap obyektif. Dia akan membela keluarganya mati-matian bila memang keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan kami bila memang berbuat salah.
Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuatku menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, aku pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga kusukai adalah kesenian. Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua.
BERKEPRIBADIAN GANDA
Lulus SD, Apih memasukkanku dan kedua kakakku ke sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang. Beliau ingin kami mendalami pelajaran agama. Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena kenakalanku.
Orang bilang, anak tengah biasanya agak nakal. Aku tidak tahu ungkapan itu benar atau tidak. Yang jelas hal itu berlaku padaku. Sebagai anak tengah, aku sering membuat orang tua kesal. Di pesantren, aku sering berulah.
Salah satu kenalakanku, di saat yang lain salat, aku diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepalaku sering dibotaki. Tapi, tetap saja aku tak jera.
Tampaknya aku seperti punya kepribadian ganda, ya. Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat. Bersama kedua kakakku, aku juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul Kembali Ke Jalan Allah yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya kami itu dinilai sebagai drama terbaik se-pesantren.
Bahkan, aku juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah. Akan tetapi, entah kenapa, aku juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan. Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan burukku bukannya berkurang, malah makin menjadi. Puncaknya, aku sudah bosan bersekolah di pesantren.
Akhirnya, hanya empat tahun aku di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, aku keluar. Lalu, Apih memasukkanku ke sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.
KENAL DUNIA MALAM
Memang, sih, tiap ada acara keagamaan aku tak pernah ketinggalan. Namun, aku juga selalu mau bila ada teman mengajak ke kantin sekolah. Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba! Aku juga sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas. Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak terkendali.
Masa SMA memang suram bagiku. Masa yang tak pernah lengkap. Maksudnya, aku tak punya teman sebaya. Kenapa? Ya, meski usiaku masih 15 tahun, aku bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan yang lebih tua. Di sekolah ini aku hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain, keseharianku tak jauh berbeda. Malah makin parah.
Dari perkenalan dengan beberapa teman, aku mengenal petualangan baru. Umur 16 tahun, aku mulai kenal dunia malam. Aku masuk sekolah hanya saat ujian. Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. Lalu kutirukan.
Aku jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam. Saat ada lomba dance, aku mencoba ikut. Usahaku tak sia-sia. Beberapa kali aku berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer. Selain itu, aku juga berhasil jadi penari di Dufan pada tahun 1990, meski hanya selama setahun. Sampai sekarang masih banyak temanku yang jadi penari di sana.
Aku juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum. Dengan segala kebengalanku, tahun 1990 aku berhasil lulus SMA.
MAIN SINETRON
Aku mengalami masa yang menurutku paling dahsyat setelah tamat SMA. Ceritanya salah seorang teman penari, memperkenalkanku pada Aditya Gumai yang saat itu aktif di dunia seni peran. Dari Aditya aku mengenal dunia akting. Waktu itu, kami masih latihan menari di Taman Ismail Marzuki. Saat latihan pindah ke Gedung Pemuda di Senayan, mulailah aku main sinetron. Mulanya aku hanya mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam belajar.
Aku memang suka mencuri ilmu. Waktu tidur di kos salah satu temanku di dekat kampus Institut Kesenian Jakarta, aku sering mencuri ilmu juga dari para mahasiswa. Kalau mereka sedang kuliah atau praktik, aku sering mengamati mereka.
Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang aku menggantikan salah satunya. Ternyata aku ditertawakan. Karena pada dasarnya aku orang yang enggak suka diperlakukan seperti itu, aku malah jadi terpacu. Aku makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, aku sudah mendapat peran. Aku diajak Aditya main sinetron. Waktu dikasting, aku berhasil mendapat peran.
Tahun 1990, aku main sinetron Pendekar Halilintar. Saat itu, sinetron masih dipandang sebelah mata oleh bintang film. Namun, Apih mati-matian menentangku. Kenapa? Rupanya Apih tahu persis seperti apa lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film action, antara lain Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Dari beliaulah aku menuruni darah seni.
Ditentang Apih tak membuat langkahku surut. Mungkin jalan hidupku memang harus begini. Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke otakku untuk kujadikan bahan pikiran. Nasihat Apih tak lagi kudengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar. Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah.
Sebagai bentuk perlawananku pada orang tua, aku tak pernah pulang ke rumah. Tidur berpindah-pindah di rumah teman. Rambut juga kupanjangkan. Aku seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah terlintas dalam benakku bahwa suatu hari mereka akan pulang ke haribaan. Yang kupikirkan hanya kesenangan dan egoku semata.
Pada saat bersamaan, karierku di dunia seni peran terus melaju. Aku semakin mendapatkan keasyikan. Setelah itu, aku mendapat peran dalam sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu Tria, dan almarhum WD Mochtar.
Aku semakin merasa pilihanku tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991. Aku bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombonganku makin menjadi. Aku makin merasa inilah yang terbaik buatku, ketimbang pilihan orangtuaku.
***
“DI KABAH, KUMINTA AMPUNAN ALLAH”
Tawaran main sinetron berdatangan menghampiri Jeffry. Seiring dengan itu, ia makin tenggelam dalam dunianya yang kelam.
Sejak kenal sinetron, aku makin menyukai dunia akting. Aku tak peduli meski Apih menentangku. Namun, belakangan aku paham, di balik etidaksetujuannya, sebetulnya orang menyimpan rasa bangga. Orang tua cerita, mereka sedang ke Tanah Suci membawa rombongan ibadah haji saat sinetron Sayap Patah yang kumainkan ditayangkan.
Ternyata, mereka nonton sinetronku. Komentar mereka membanggakanku. Mereka mengakui, ternyata aku bisa berprestasi. Setelah itu, aku mendapat berbagai tawaran main, antara lain sinetron Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan. Selain namaku makin mencuat, rezeki juga terus mengalir.
Namun, aku malah jadi lupa diri. Ketenaran tidak penting buatku. Yang penting menikmati hidup. Dunia malam terus kugeluti. Kalau ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa belum “on”, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya.
Akhirnya, aku jadi sangat mabuk. Pandanganku pun jadi kabur. Mau melihat arloji di tangan saja, aku harus mendekatkannya ke wajahku, sambil menggoyang-goyangkan kepala dan membelalakkan mata supaya bisa melihat dengan lebih jelas. Parah, ya? Begitulah kebandelanku terus berlangsung.
KECANDUAN KIAN PARAH
Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit. Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit sambil menangis. Melihatku seperti itu, Apih mengatakan, laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata. Bayangkan, bahkan di saat-saat terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang durhaka ini.
Sore itu aku dimintanya pulang ke rumah dan beliau memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah mengambilnya. Aku syok berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku. Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau mendengarkan ucapannya.
Sejak itu, Umi membesarkan kami berlima. Hidupku terus berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke masa seperti dulu. Penyesalan yang sebelumnya begitu menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah lenyap. Kebandelanku bahkan makin menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga lebih besar dari sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya.
Ketika temanku menasihati, aku mencibir. Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris. Aku tenggelam dalam duniaku sendiri dan jadi pecandu narkoba. Waktu itu, aku beralasan karena ada masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun, termasuk broken home atau teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah alasannya, karena bagaimana pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada diri kita.
Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang lain atau keadaan. Namun, kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang waktu itu sangat arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku ada masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.
Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.
NAMA DICORET
Tak perlu aku menceritakan detail tentang kejahatan yang kulakukan. Yang jelas, suatu hari aku merasa menderita karena ketakutan setelah melakukan sebuah perbuatan. Aku benar-benar ketakutan! Aku jadi gampang curiga pada siapa saja. Aku selalu berburuk sangka pada apa pun. Kesombonganku pada uang dan prestasi lenyap digantikan ketakutan. Yang kulakukan setiap hari adalah berdiam diri di kamar, dengan selalu berpikiran bahwa setiap orang yang datang akan membunuhku. Aku sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang datang untuk membunuhku.
Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Orang-orang mengatakan, aku sudah gila.
Pada saat bersamaan, kecanduanku pada narkoba membuatku termasuk dalam daftar hitam dunia sinetron. Namaku dicoret. Tak ada lagi yang mau memakaiku sebagai pemain. Selain itu, cewek-cewek yang ada di dekatku juga menjauh. Dulu aku termasuk playboy.
Di saat aku sendiri, ada Umi yang selama ini sudah sangat sering kusakiti hatinya. Umi tetap menyayangiku dengan cintanya yang besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang aku, hati Umi tetap baik dan sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama aku agar berubah jadi lebih baik.
Doa tulus Umi dikabulkan Allah. Sungguh luar biasa, Allah menunjukkan kebaikan-Nya padaku. Allah memberiku kesempatan untuk bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekamku.
DIAJAK UMI UMRAH
Sungguh, aku merasa sangat ketakutan ketika suatu hari bermimpi melihat jasadku sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak, aku terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi.
Aku juga jadi takut mati. Padahal dulu aku sempat menantang maut. Meminta mati datang karena aku tak sanggup lagi bertahan saat ada masalah dengan seorang cewek. Sebetulnya sepele, kan? Tapi masalah itu kuberat-beratkan sendiri. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatku sadar bahwa ada yang tidak meninggalkanku dalam keadaan seperti ini, yaitu Allah.
Aku teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaanku membaik. Kesadaran-kesadaran itu datang kembali. Aku menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang kulakukan. Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa, beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah.
Dengan kondisiku yang masih labil dan rapuh, kami berangkat ke Tanah Suci. Kali ini aku berniat sembuh dan kembali ke jalan Allah. Di sana, aku mengalami beberapa peristiwa yang membuatku sadar pada dosa-dosaku sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, Umi mengajakku ke Raudhoh. Aku tak tahu apa itu Raudhoh, tapi kuikuti saja. Umi terus meminta ampunan pada Allah.
Aku lalu keluar, berjalan menuju makam Nabi Muhammad. Aku bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, rasanya seperti ada yang menarikku. Aku mencoba berjalan sekuat tenaga, tapi tak bisa. Kekuatan itu rasanya sangat besar. Aku lalu bersandar pada tembok. Air mataku yang dulu tak pernah keluar, kini mengalir deras. Aku menyesali dosa-dosaku, dan berjanji tak akan melakukan lagi semua itu.
Bagai sebuah film yang sedang diputar, semua dosa yang pernah kulakukan terbayang jelas di pelupuk mataku silih berganti, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Tiba-tiba dari mulutku keluar kalimat permintaan ampunan pada Allah. Di Mekkah, di hadapan Kabah, aku merapatkan badan pada dindingnya.
Aku bersandar, menengadahkan tangan memohon ampun karena terlalu banyak dosa yang kulakukan. Seandainya sepulang dari Tanah Suci ini melakukan dosa lagi, aku minta pada Allah untuk mencabut saja nyawaku. Namun, seandainya punya manfaat untuk orang lain, aku minta disembuhkan. Aku yang dulu angkuh, sekarang tak berdaya. Setelah pulang beribadah, aku membaik. Aku mencoba bertahan dalam kondisi bertobat itu, tapi ternyata sulit luar biasa.
*****
BIDADARI CANTIK JADI PEMBANGKIT HIDUP
Setelah berkali-kali jatuh-bangun, akhirnya Jeffry kembali dekat pada agama. Kasih sayang kekasih yang akhirnya menjadi istri ikut menjadi pembangkit semangatnya. Perjuangannya menjadi ustaz cukup berat sampai akhirnya ia sukses jadi penceramah. Sepulang umrah, aku mencoba hidup lurus. Namun, lagi-lagi aku tergoda. Suatu malam, aku dan teman-teman berencana nonton jazz di Ancol. Aku memperingatkan mereka untuk tidak bawa narkoba, karena
kami sudah sepakat untuk berhenti memakai. Ternyata, salah satu temanku masih saja membawa cimeng. Apesnya, kami dirazia polisi di depan Hailai.
Teman-temanku yang lain kabur. Tinggallah aku, temanku yang membawa cimeng, dan satu teman lain. Aku sulit kabur karena mobil yang kami pakai adalah mobilku. Akhirnya kami bertiga dibawa ke kantor polisi dan ditahan. Aku dilepas karena tak terbukti membawa. Kucoba telepon Umi untuk menjelaskan masalah ini, tapi Umi tak mau menerima teleponku.
Si penerima telepon malah diminta Umi untuk mengatakan, beliau tak anak bernama Jeffry. Hatiku tercabik-cabik. Pedih rasanya tak diakui sebagai anak oleh Umi. Kuakui, pastilah hati Umi sudah sedemikian sakitnya. Bayangkan, aku yang sebelumnya sudah mengaku bertobat, malah kembali memilih jalan yang salah. Meski aku sudah bersumpah demi Tuhan tidak memakai narkoba lagi, Umi tak percaya lagi. Itulah puncak kemarahan Umi Sungguh bersyukur, Allah masih berkenan menolongku. Datang seorang gadis cantik dalam hidupku. Ia mau menerimaku apa adanya. Sebelumnya, banyak gadis meninggalkanku sehingga aku merasa sebatang kara dalam cinta. Gadis bernama Pipik Dian Irawati ini seorang model sampul sebuah majalah remaja tahun 1995, asal Semarang.
CUEK SAAT PACARAN
(Berikut ini adalah penuturan Pipik: Aku pertama kali melihatnya sedang makan nasi goreng di Menteng sekitar tahun 1996 – 1997. Rambutnya gondrong. Waktu itu, aku bersama Gugun Gondrong. Setahuku, Jeffry adalah pemain sinetron Kerinduan, karena aku mengikuti ceritanya. Aku ingin berkenalan dengannya, tapi Gugun melarangku.
Tak tahunya, waktu buka puasa bersama di rumah Pontjo Sutowo, aku bertemu lagi dengannya. Rambutnya sudah dipotong pendek. Aku nekat berkenalan. Kami mulai dekat dan saling menelepon. Aku enggak tahu kapan kami resmi pacaran, karena enggak pernah “jadian”. Dia juga tak pernah menyatakan cinta. Waktu pacaran, dia cuek setengah mati.
Awalnya, semangatnya boleh juga. Pertama kami pergi bareng, dia datang ke rumah di Kebon Jeruk, di tengah hujan deras dari rumahnya di Mangga Dua. Jeffry naik taksi dengan memakai jins dan sepatu bot. Ia yang hanya bawa uang Rp 50 ribu, mengajakku nonton di Mal Taman Anggrek. Di dalam bioskop, kami seperti nonton sendiri-sendiri. Dia diam saja selama nonton.
Sejak itu, kami sering jalan bareng, karena kami memang hobi nonton dan makan. Semakin dekat dengannya, aku makin tahu ternyata dia pemakai narkoba kelas berat. Teman-temanku mulai bertanya, mengapa aku mau berpacaran dengannya. Aku sendiri tak tahu persis alasannya. Mungkin rasa sayang yang sudah terlanjur muncul dalam hati yang membuatku mau bertahan. Hatiku terenyuh dan tak mau meninggalkan dia sendiri.
Tentu saja keluargaku tak ada yang tahu, karena sengaja kusembunyikan. Mungkin mereka baru tahu sekarang, setelah membaca kisah hidupnya di berbagai media. Sementara itu, aku sibuk tur keluar kota sebagai model, sehingga kami sering tak ketemu. Akhirnya kami putus. Waktu akhirnya ketemu lagi, ternyata dia sudah punya pacar lagi. Karena masih sayang, aku sering membawakannya hadiah dan memberi perhatian. Setelah Jeffry putus dari pacarnya, kami kembali bersatu.)
JUALAN KUE
Pipik sangat berarti buatku. Dia mengerti, peduli dan perhatian padaku. Padahal, aku sempat hampir menikah dengan orang lain. Ternyata Allah sayang padaku. Allah menunjukkan, wanita yang nyaris kunikahi itu bukan untukku. Pipik bagai bidadari yang datang dengan cinta yang besar. Ia memberi keyakinan, menikah dengannya akan membawa perubahan besar dalam hidupku.
Aku mendatangi Umi dan minta izin untuk menikah. Luar biasa, Umi tetap menerimaku dengan segala kasih sayangnya. Sambil menangis, Umi mengizinkanku menikah. Aku sendiri terbilang nekat. Sebab, waktu itu aku tak punya-apa. Badan pun kurus kering, dengan mata belok, dan penyakit paranoid yang kuderita tak kunjung sembuh. Bahkan, pekerjaan pun aku tak punya.
Untuk menghindari maksiat, kami menikah di bawah tangan pada tahun 1999. Teman-temanku yang sekarang sudah meninggal karena over dosis, sempat menghadiri pernikahanku. Setelah itu, kami tinggal di rumah Umi. Sekitar 4 – 5 bulan setelah itu, kami menikah secara resmi di Semarang.
Namun, menikah rupanya tak cukup menghentikan kebandelanku. Istriku pun merasakan getahnya. Aku pernah memakai narkoba di depannya, dan menggunakan uangnya untuk membeli barang haram tersebut.
Kesulitan lain, aku dan Pipik sama-sama menganggur. Pernah kami mencoba berdagang kue. Malam hari kami menggoreng kacang, esok paginya bikin kue isi kacang dan susu. Lalu kami titipkan ke toko kue.
Tapi mungkin rezeki kami bukan di situ. Kue yang kami buat hanya laku beberapa buah. Dalam sehari kami hanya membawa pulang Rp 200 – 300. Akhirnya kami berhenti berjualan kue. Kehidupan kami selanjutnya kami jalani dengan penuh perjuangan sekaligus kesabaran.
MAKAN SEPIRING BERDUA
(Kesetiaan Pipik begitu luar biasa. Simak penuturannya berikut ini. Perasaan sayang yang sangat kuat membuatku mantap menikah dengannya. Aku tak peduli lagi meski dia pecandu, bahkan pernah mengalami over dosis dan hampir gila karena paranoidnya. Aku banyak mengalami hal-hal luar biasa dengannya. Kalau tidak sabar, mungkin aku sudah tidak bersamanya lagi.
Awal menikah, kami tinggal di rumah Umi. Meski hidup seadanya, beliaulah yang membiayai hidup kami. Aku dan Jeffry tak jarang makan sepiring berdua, karena memang benar-benar tak ada yang bisa dimakan. Berat rasanya jadi istri dari suami penganggur, apalagi setelah menikah aku tidak lagi bekerja.
Tapi aku yakin, Allah tidak mungkin memberikan cobaan pada umat-Nya melebihi kemampuannya. Aku yakin, pasti ada sesuatu yang akan diberikan Allah padaku. Beruntung, Umi sangat sayang padaku.
Aku sendiri tak jera memberi masukan padanya untuk mengubah hidup. Kami sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Pelan-pelan, hidupnya mulai berubah menjadi lebih baik, terutama setelah aku hamil. Mungkin dia sendiri sudah capek dengan kehidupannya yang seperti itu.)
HIDUP DI JALAN ALLAH
Pelan-pelan, aku kembali dekat pada agama. Perubahan besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000. Kala itu, Fathul Hayat, kakak keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia diminta menjadi imam besar di Singapura.
Fathul memang seorang pendakwah. Selama dia di Singapura, semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali ceramah, aku mendapat honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada Pipik. Kukatakan padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya. Kami berpelukan sambil bertangisan.
Selanjutnya, kakakku memintaku untuk mulai menjadi ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah hidup di jalan Allah. Aku mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai tempat. Namun, perjuanganku tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua orang mau mendengarkan ceramahku karena aku mantan pemakai narkoba. Tapi aku mencoba sabar.
Alhamdulillah, makin lama ceramahku makin bisa diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku banyak diundang untuk ceramah di mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun teve. Aku bersyukur bisa diterima semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk siapa saja. Aku ingin punya majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan, juga punya hak untuk mendapatkan dakwah.
Kebahagiaan kami bertambah ketika tahun 2000 itu, lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun kemudian, anak kedua Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami. Mereka, juga istriku, adalah inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.
Sampai sekarang, aku masih terus berproses berusaha menjadi orang yang lebih baik. Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan pertimbangan yang baik untuk menjalani hidup. Pesanku, cintailah Tuhan dan orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.

Dari biografi Ustadz Jefri ini kita banyak dapat mengambil hikmahnya dan pelajaran. Sungguh besar nikmat yang diberikan oleh Allah, bagaimanapun kondisi hambaNya. Allah memberikan kesempatan bagi hambaNya untuk bertaubat. Semua itu juga atas do'a yang selalu dipanjatkan oleh Ibu. Maka sayangi dan jaga Ibu kita. Jangan sampai membuat Ibu kita menangis bahkan menyerah dalam mendidik kita. Dan cintailah Allah dan orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.